Kamis, 24 September 2009

Bosan

Bosan….bener deh…gw merasa bosan banget dengan kehidupan gw. Gw bosan dengan segala tetek-bengek di dunia ini. Semua yang kliatannya beda, tapi sebenarnya semuanya sama. Klo hidup itu cuman punya satu tujuan. Gk peduli siapapun orang itu, gw mrasa pada akhirnya mereka akan menjadi satu mahkluk yang sama. Makhluk yang hidup dalam dunia yang monoton. Sama...dan kesemuanya itu membosankan.

Gw sering baca banyak novel tentang kehidupan, mulai dari ketika hidup dimulai dengan segala energi dan keceriaan masa muda lalu kesemua itu redup secara perlahan2 menuju ke masa dimana manusia beristirahat. Melepas segala keceriaan dan menjadi sesuatu yang uzur dan membosankan. Seolah2 hidup manusia itu monoton. Tak ada yang berubah di setiap abadnya. Di setiap zaman, di setiap tahun. Mereka bertemu dengan pasangan jiwanya, jatuh cinta, lalu bersatu, meneruskan keturunan, lalu meninggal. Bukankah hanya itu yang dilakukan manusia selama berjuta-juta tahun? Melakukan hal yang sama, terus-menerus, berulang2...monoton dan membosankan.

Dan sekarang, gw merasa BOSAN banget dengan hidup menjadi seorang manusia. Hidup dalam dunia, yang jelas2 segalanya terasa begitu monoton. Kyk hari ini juga, waktu gw pergi nonton dng teman2 di mall...gw memperhatikan sekeliling gw. Di mana gw melihat sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta, lalu melihat sepasang suami-istri yang usianya sudah jalan 40 tahunan...dimana seolah2 keduanya telah kehilangan sinar2 keceriaan dan kehidupan itu. Lalu dalam benak, gw berpikir....Jadi hidup itu cuman seperti itu? Bagaimanapun indahnya masa2 muda yang kita alami, semuanya ada batasnya. Semuanya akan berakhir dengan suatu kehidupan yang biasa2 saja. Kehidupan yang itu2 saja, ke mall, blajar, bekerja, melakukan berbagai aktivitas untuk mempertahankan hidup, jatuh cinta, lalu apa? Mati. Hilang. Dilupakan.

Lalu kehidupan yang sama kembali dilahirkan hanya untuk mengulang siklus hidup yang telah lalu tersebut. Terus dan terus dan terus...sangat MEM-BO-SAN-KAN. Gw bosan!! Gw gk ingin terperangkap dalam siklus itu. Gw gk ingin jadi ordinary people, yg bisanya cuman mengikuti siklus yang ada. Mengikuti arus kehidupan yang sama, terus dan terus dan terus...tanpa menyadari kalau kehidupannya berlalu tanpa ada sesuatu yang spesial terjadi. Sesuatu yang lain daripada yang lain, sesuatu yang membuat dirinya berbeda dengan yang lain.

Itu yang gw inginkan. Gw ingin hidup gw berbeda dengan yang lain. Gw ingin menjadi sesuatu yang lain, sesuatu yang tidak biasa. Sesuatu yang baru dan keluar dari cangkang siklus yang ada. Gw gk ingin hidup lalu mati begitu saja, karena klo memang itu yang terjadi...APA ARTINYA GW HIDUP KLO GITU? What’s the point? Untuk apa gw harus merasakan suka duka dalam dunia ini. Buat apa gw dihidupkan oleh Sang Pencipta? Apa cuman untuk menjadi sebuah bidak kecil dalam suatu permainan yang luar biasa besar? Apa gw cuman bidak tambahan yang gk berarti sama sekali krn gw merasa gw gk berguna dalam dunia yang besar ini. Gw merasa...pointless banget klo hidup hanya dihabiskan dalam hal2 yang itu2 saja. Mengikuti apa yang sudah ada, mengikuti arus...tanpa menjadi sesuatu yang spesial.

Tapi rasanya untuk mencapai itu, gw butuh keajaiban. Akankah keajaiban itu terjadi? Gw juga gk tau, tp yang jelas...dalam hampir setiap doa dan permintaan dalam hati,...gw selalu berharap klo suatu hari keajaiban itu memang terjadi. Gw berharap suatu hari gw bisa menemukan cara untuk keluar dari segala kebosanan ini. Ke-monoton-an ini....dan hidup sebagai sesuatu yang out of the ordinary.

GabrieLangelo
24-9-2009

Kamis, 23 Juli 2009

Efek Cairan Hitam

Seluruh lapisan tissue pada dagingku, seluruh nadi dalam jantungku...semuanya bergetar. Tanganku terus bergerak ke kiri ke kanan dengan halus namun penuh dengan ketidaknyamanan, tegang dalam sebuah penantian maya. Apa yang aku takutkan? Apa yang membuat dada ini terus menderu? Cairan hitam yang aneh, menimbulkan halusinasi yang bahkan tak dapat dilihat oleh mata dan dibayangkan oleh otak. Hanya jantung yang merasakan, melalui enzim-enzimnya yang memicu dentuman sekeras ini.
Aku jadi tidak tenang. Apa yang harus kulakukan ketika perasaan aneh ini muncul? Mencoba mengeluarkan cairan itu melalui butir-butir air dari pori-pori, tapi tetap saja ia mencengkram jantungku. Mencoba melompat tinggi, berharap cairan itu jatuh melalui mulutku...tapi tetap saja ia bersarang di sana. Dalam dadaku yang mulai terasa sakit.
Padahal saat ini aku sedang dalam kesendirian. Menanti jarum di lingkaran untuk berpindah angka, menanti deru mesin itu hadir di hadapanku. Jika sesuatu terjadi padaku, siapa yang akan merentangkan tangannya padaku? Jika tiba-tiba cairan hitam itu benar-benar telah menguasai sumber kehidupanku...siapa yang akan membalikkan rezim nya?
Mungkin besok aku takkan meminum cairan itu lagi. Aku akan mencontohi petuah seseorang yang jauh di balik kabel. Mencoba menghilangkan candu dalam tubuhku akan kenikmatan cairan hitam.



GabrieLangelo
23-7-2009

Rabu, 22 Juli 2009

Dua Dunia

Setiap pertengahan tahun, duniaku berpindah. Dari sebuah pedang bermata dua beralih ke sebuah sangkar emas. Dari yang tembok berpindah ke rantai. Kadang aku tak mengerti dunia tempat ku berpijak dan menghela nafas. Seolah terdapat sebuah gerbang dimensional diantara keduanya, yang jika dilewati, maka akan berpindah ke sebuah dunia yang jauh berbeda dari dunia yang satunya. Padahal keduanya berada dalam satu kesatuan yang disebut planet. Hanya karena sebuah kekuatan yang disebut sosial, keduanya memiliki perbedaan layaknya jurang.

Namun keduanya memberikan kenyamanan tersendiri dalam diriku. Sesuatu yang tak dapat digantikan dengan kata-kata. Sesuatu yang hanya bisa dipahami dengan “merasakan”. Semuanya menyangkut pada satu kata yang sering ku ucapkan berulang-ulang melalui jari dan bibirku:...... “KEBEBASAN”. Kedua dunia memberiku hal yang kucari....setidaknya...hal itulah yang terpikirkan olehku tanpa menyadari bahwa tak ada yang namanya kebebasan di dunia ini. Bahwa semuanya semu selama kekuatan yang bernama sosial itu ada. Dan manusia tak mungkin menghindari kekuatan itu karena “sosial” lah yang membuat mereka menjadi “manusia”.

Ketika aku hidup dalam dunia bertembok. Aku mengira diriku benar-benar bebas. Kemanapun kakiku berlari, tak ada satupun rantai yang menjegalnya. Kemanapun...apapun yang kulakukan dan kuingini. Namun suatu hari, ketika aku sedang berlari...berlari...dan berlari, lurus tanpa tujuan. Tiba-tiba wajahku menabrak sesuatu. Sesuatu yang keras yang tak pernah terbayangkan olehku bahwa benda itu ada di dunia ini. Tentu saja,....benda itu adalah tembok. Tembok yang membatasi langkahku pada sebidang tanah tertentu. Memiliki batas-batas yang melarangku untuk menyentuh dan melewatinya. Awalnya kukira tembok itu dapat dirobohkan, mengingat manusia adalah mahkluk yang panjang akal. Namun siapa sangka kalau tembok itu begitu kokoh. Tanganku harus rela berdarah demi menghancurkannya.....namun apa yang kudapat? Dibalik tembok yang hancur itu, ada sebuah tembok lain lagi. Tembok yang jauh lebih kokoh, jauh lebih kuat dan hampir-hampir mustahil untuk dihancurkan....tepat sekali,...tembok baja.

Dan itulah saat pertama kali kumenyadari bahwa, bahkan di dunia tak berantaipun, sesuatu yang disebut batasan itu ada. Batasan yang mencuri kebebasan utuh dari impianku. Kebebasan dimana tak seorangpun menganggap apa yang ingin dan sedang kulakukan adalah aneh. Berusaha menjadi normal dalam sebuah tembok isolasi!!! Seperti penjara tak terlihat yang dibuat langsung oleh yang disebut “SOSIAL”!!!
Lalu...apa yang membuatku tadi berkata bahwa dunia itu memberiku kenyamanan? Tentu saja, kebebasan semunya. Kebebasan dari berlari dalam wilayah tertutup tembok. Setidaknya kakiku masih bisa berlari walaupun hanya berkeliling. Berbeda sekali dengan duniaku yang satunya,...dunia berantai.

Dunia yang tampak indah diluar namun sebenarnya sangat menyiksa di dalam. Bahwa tak ada satupun tembok yang menghalangi penglihatanku, langkah kakiku, maupun keinginanku untuk pergi sesuka hatiku. Tak ada sesuatu yang bisa ku tabrak ketika sedang berlari di sana...Begitu bebas dan begitu indah. Itulah sebabnya “sosial” membuat benda yang disebut rantai. Benda yang bertujuan untuk memberikan batasan pada mereka yang tak memiliki tembok. Dan rantai adalah alat yang jauh lebih menyiksa, lebih menyakitkan dibandingkan dengan sesuatu yang tinggi dan kokoh seperti tembok. Aku tak bisa berlari mengikuti kakiku, karena aku akan berlari mengikuti kemana rantai menarikku. Tanganku tak bisa menjamah sesuatu dengan sesuka hati, karena rantai mengikatku dan apa yang baik di mata rantai, barulah tanganku dapat dibebaskan untuk mengambil sesuatu. Aku akan selamanya merasa berada dalam sangkar, ...walaupun seluruh kebutuhanku dipenuhi oleh rantai. Namun keinginanku hampir-hampir tak terpenuhi. Aku hidup sehat, bugar, dan bergizi dalam dunia rantai. Namun jiwaku luka dan membusuk, dihabisi perlahan-lahan dan pasti oleh kasih sayang sebuah “RANTAI”.

Pernah ada niat terlintas dalam otakku untuk mencoba memecahkan rantai yang membelit leherku...tapi ketika aku mencoba, aku menyadari kalau ujung rantai itu berpusat dalam dadaku. Pada organ yang membuatku hidup selama ini...pada Jantung!!! Tidakkah kau mengerti betapa sakitnya hatiku mengetahui hal itu?? Aku tak dapat melawan rantai!!...karena aku tahu aku akan mati. Karena dunia berantai adalah dunia tempatku dilahirkan...tempatku dibesarkan sehingga rantai itu sudah terpatri dalam jantungku. Dan jika benda itu hilang,...aku tak akan bisa hidup. Mati dalam raga yang bergerak. Hidup dalam raga yang tak berjiwa. Bukankah itu tak jauh beda dengan hidup dalam neraka???

Ooh...entah kapan aku bisa merasakan kata yang sering kuucapkan berulang-ulang tersebut...”KEBEBASAN” Kuharap ketika aku tiada dalam dua dunia tersebut, sesuatu yang terselubung cahaya di atas sana mau menolong jiwaku dan membebaskanku dari rantai maupun tembok ini. Bahwa aku akan benar-benar menemukan “KEBEBASAN” sejati seperti apa yang kuimpikan selama ini.

GabrieLangelo
22-7-2009

Senin, 15 Juni 2009

Mata dan Konsentrasi

GL: “Aku sedang melihat dibalik sebuah kotak. Menatap tertegun, seolah pandanganku telah tertusuk mati pada isinya yang cemerlang. Putih, bersih, indah, bergerak-gerak.......”

P: ”Apanya yang bergerak??”

GL: ”Sesuatu yang hanya dilihat oleh ekor mataku. Seperti lalat transparan yang mencoba mengecoh pandangan yang sudah terpaku, namun gagal. Mereka mengincar konsentrasiku...mereka menginginkan konsentrasiku...kau tahu kan? Mereka bilang, pandangan terpaku adalah yang terlezat di antara pandangan-pandangan yang lain.

P: ”Mereka ”bilang”?.... Jadi mereka berbicara?”

GL: ”Mereka bukan hanya berbicara, tapi mereka memakan konsentrasimu dengan kata-kata. Seperti racun yang disuntikkan untuk melemaskan urat-urat di otak. Berbahaya! Sungguh sangat berbahaya! Perlahan-lahan paku dari matamu dicabut dari kotak putih nan indah itu. Lalu ketika seluruh paku sudah tercabut, mereka akan memaksa memaku kembali mata yang sudah terluka itu tepat ke arah tubuh hitam mereka yang melayang-layang itu. Menatap wujud ASLI mereka!!! Kau tahu apa akibatnya jika melihat wujud mahkluk-mahkluk pemakan konsentrasi itu?”

P: ”Apa? Apa yang akan terjadi?”

GL: ”Akan MEMBUSUK...dalam darah dan luka...mata itu akan MEMBUSUK!!” Lalu kita akan buta, lalu kotak putih itu hilang. Tersembunyi selamanya dibalik mata yang telah hancur...MEMBUSUK. Apa gunanya hidup jika tak memiliki mata dan konsentrasi? Konsentrasi adalah satu-satunya cara kaki dapat melintas ke perbatasan putih di balik kotak itu. Semua manusia ingin melintas ke sana, hanya saja mereka sering termangsa oleh mahkluk-mahkluk itu sebelum berhasil melangkah.
Maka dari itu, aku tak ingin mereka mencuri konsentrasiku...sebaiknya...kau juga jangan berpaling selagi aku menasehatimu. Ingat, carilah paku sebanyak-banyaknya di toko bangunan disekitar tempat tinggalmu. Paku matamu sedalam-dalamnya pada kotak putih itu, kalau kau tak mau kehilangan jalan. Kalau tak mau tersesat dan tak bisa kembali. Walau memang menyakitkan ketika memaku matamu untuk tetap fokus, dan menyenangkan ketika mahkluk-mahkluk itu mencabut paku itu dari matamu, namun itu hanyalah tahap awal dari kebahagiaan palsu. Karena...pada akhirnya, mahkluk itu akan kembali memaku mata yang telah terluka itu dengan luka baru yang jauh lebih sakit dari yang dulu. Dan sialnya lagi, mereka memaku matamu pada kegelapan tubuh mereka dan hilanglah sudah jalanmu menuju kotak putih...
Mengerikan...sungguh mengerikan bukan??? Lihat! Membicarakannya saja sudah membuatku menggigil...Sudah! Diamlah! Aku ingin menjaga konsentrasiku! Kau sebaiknya juga! Ingat kata-kataku tadi...beli paku sebanyak-banyaknya di toko bangunan!!! Setiap minggu sekali, datanglah ke sana dan membeli paku yang baru. Semakin banyak paku, semakin kuat konsentrasimu. Semakin kuat konsentrasi, semakin sulit mahkluk itu untuk mencurinya darimu. Dan semakin sulit mereka mencuri, maka jalan menuju kotak putih akan semakin terlihat jelas....maka dari itu pesan terakhirku RAJIN-RAJINLAH KE TOKO BANGUNAN dan TETAPLAH BERKONSENTRASI PADA KOTAK PUTIH kalau kau mau selamat!!”


GabrieLangelo
14-6-2009

Rabu, 10 Juni 2009

Catatan 2

Dan Dunia tertawa…dan Dunia menangis…tertawa…menangis…sebenarnya apa yang dipikirkannya? Ketika banyak pasak-pasak yang menusuk dalam perut itu, ia tetap berusaha tersenyum. Seolah manusia adalah aset. Parasit yang langka ditemukan ketika ia menggaruk tubuhnya. Mencoba mencari sumber yang membuat kulitnya iritasi.

Lalu manusia mencabut pasak-pasak itu dan menggantikannya dengan tiang-tiang besi. Lagi-lagi Dunia tertawa…dan menangis…tertawa…menangis. Hey!! Apa yang kau pikirkan??? Bodoh sekali ketika ia melihat bahwa tiang besi itu hanyalah luka kecil yang nantinya akan sembuh. Bahwa itu hanyalah sebuah goresan tak berarti, sebagai penanda kalau mahkluk langka itu hidup dalam tubuhnya. Hey! Itu bukanlah mahkluk langka…tapi PARASIT LANGKA!! Susah ditemukan di jagad raya kecuali di BUMI!!

Kasian Bumi…mungkin bagi Dunia, manusia hanyalah secuil mahkluk langka yang menggaruk di salah satu pori-pori tubuhnya. Tapi bagi Bumi…mereka benar-benar PARASIT!!! Lihat saja wajahnya…astaga!! Apakah kau masih mengenali Bumi dengan wajah seperti itu?? Menjijikkan!!! Harus segera diobati! Segera diterapi wajah…terapi kulit!! Terapi penyingkiran PARASIT!!

Lalu Dunia menangis…tertawa…menangis...dan air mata itupun turun ke lantai dasar di mana Bumi tergeletak lemas dalam sakitnya yang tak kunjung sembuh. Air mata yang menghujan. Berjatuhan tak henti-hentinya membasuh wajah Bumi yang hancur. Hooo…air mata keajaiban kah?? Semoga cairan itu mampu membuat Bumi kembali cantik seperti dulu. Kembali memiliki wajah yang cemerlang, walaupun mulai mengkerut tua karena termakan usia.

Mungkin Parasit itu tak menyadari kalau Bumi sudah menduduki pertengahan usianya. Tak lama lagi ia akan uzur dan membusuk. Seperti Alfa dan Omega...ada permulaan dan ada akhirnya. Bumi bermula dari sesuatu dan tentunya akan berakhir dengan sesuatu. Tak ada yang abadi. Tak ada yang selamanya...bahkan Dunia sekalipun...suatu hari juga akan menemui ajal. Dan ketika Dunia menjemput ajalnya...............................hehe...hehehehe....bahkan akupun tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata....


GabrieLangelo
9-6-2009

Selasa, 09 Juni 2009

Catatan Satu

Aku baru menyadari kemana imajinasiku hilang di telan waktu

Aku baru menyadari kemana imajinasiku hilang di telan waktu. Dimana ia menyelam bersembunyi di balik asa selagi diriku menapaki jalan baru kehidupan. Selagi pikiranku terbuai lantunan indah sisi kehidupan yang lain.

Ia kutemukan hari ini. Di kegelapan yang menyelubungiku di malam cerah ini. Ternyata ia tidak lari dari otakku. Dia tidak meninggalkanku seperti yang selama ini terpikirkan dalam seluk sel otaku. Dia terus bersembunyi di balik kepalaku. Menunggu hingga waktu yang tepat terwujud dan dia akan menampakkan sosok aslinya yang tersenyum riuh ke arah mataku yang kelu. IA BERADA TEPAT DI HATIKU.

Sekarang, ketika imajinasi itu telah kutemukan…aku tak bisa lagi mengontrol emosi. Karena ia telah menguasaiku. Menyelubungiku dengan tirai hitamnya dan dengan kejinya ia menyakiti kepalaku. Mataku....tenggorokanku...dan dadaku...semuanya terasa sakit. Aku tak tahu bagaimana mendeskripsikannya...tentang rasanya dikuasai oleh imajinasi yang membekukan.

Ingin rasanya kumenangis, menitiskan air mata. Tapi untuk apa? Untuk siapa ku tangisi? Aku sendiri tidak tahu...apakah untuk diriku sendiri? Tapi apa yang telah kuperbuat? Kebodohan? Ya, tiba-tiba saja aku merasa bodoh. Bodoh, gila, dan ingin menangis tanpa sebab yang pasti. Dadaku sakit seperti tertusuk duri dan suntik. Mati rasa...dan ingin rasanya tanganku mencekik sesuatu. Mencekik dan meremas dan mencekik hingga buku-buku jariku kelu dan putih. Ingin KUREMAS!!! INGIN MEREMAS!!! Tanganku geli untuk MEREMAS sesuatu!!!! Tapi APA??? SIAPA yang bisa KUREMAS????

Ahahahahhahahaha....gila! Ini benar-benar gila! Apakah ini alasan kenapa orang kehilangan akal sehatnya?? Karena IMAJINASI??? Aku benar-benar ingin tertawa dalam kepahitan dadaku...aku ingin tertawa terbahak-bahak...karena aku tak tahu kenapa aku ingin MEREMAS? Kenapa? Hey! Kenapa tanganku ingin MEREMAS????





GabrieLangelo

9-6-2009